Selasa, 01 Mei 2018

JOKOWI DAN Serangan FITNAH ISUE PKI

JOKOWI DAN ISUE PKI
Tulisan Ari Wibowo
Jokowi memang sialan. Dia melakukan banyak hal yang tak pernah bisa dilakukan oleh presiden presiden sebelumnya. Jokowi seorang risk taker yang berani mengambil resiko dengan kalkulasi yang matang dan resiko terburuknya sudah bisa diukur. Jadi bukan sekedar nekat dan "gacuk ngglundung".
Disaat semua presiden sebelumnya tersandera dengan komposisi APBN yang 60 - 70% nya tersedot untuk bayar hutang, belanja rutin dan subsidi, sehingga alokasi untuk pembangunan infrastruktur dan investasi produktif sangatlah minim karena lebih banyak untuk belanja konsumtif, Jokowi berani mengambil resiko dengan memindahkan budget subsidi menjadi budget membangun infrastruktur.
Disaat isue "berhutang" masih laku dijual ke publik sebagai sebuah aib pemerintah, ternyata kabinetnya Jokowi berani mengambil resiko tersebut dan mensiasati kekurangan biaya pembangunan infrastruktur melalui pos hutang luar negeri. Argumennya masuk akal, yaitu rasio hutang terhadap PDB (produk domestik brutto) masih dalam batas kewajaran bahkan cenderung lebih rendah dibanding negara penghutang lainnya. Argumen lainnya, hutang dibuat bukan untuk keperluan konsumtif (misal subsidi) atau untuk dikorupsi.
Jadi hutang diambil untuk membangun infrastruktur, dan infrastruktur yang baik adalah stimulan efektif untuk bertumbuhnya ekonomi riil. Jika ekonomi menggeliat, akan menyerap tenaga kerja, ada perputaran uang, ada peningkatan daya beli, ada kontribusi pajak yang masuk ke kas negara. Dari situlah negara punya pendapatan tambahan untuk membayar bunga serta mengangsur cicilan pokoknya. Semuanya pasti butuh waktu, tak mungkin terjadi secara instan.
Lawan politik Jokowi tahu banget mengenai hal ini. Mereka melihat Jokowi begitu agresif membangun pelabuhan, bandara, jalan tol, waduk, rel KA, pembangkit listrik, kilang minyak dll. Jika publik awam sampai tahu betapa luar biasanya efek dari semua progres pembangunan fisik itu, mereka takut Jokowi mendapat penilaian positif. Mereka takut pamor Jokowi melambung tinggi, mereka takut tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sangat bagus, sehingga popularitas serta elektabilitasnya meningkat.
Untuk itu perlu dicarikan isue guna menutupi serta menghambat prestasi Jokowi. Itulah sebabnya mereka memperalat gerombolan radikal supaya terus membikin negeri ini selalu hiruk pikuk dengan isue kamtibmas. Tak boleh ada jeda sedikitpun. Aksi demo serta terorisme akan membuat masyarakat ketakutan dan terancam. Energi publik habis terbuang untuk membahas teror dan sejenisnya. Mereka lupa melihat prestasi Jokowi.
Isue PKI adalah satu satunya isue ampuh yang tersisa untuk menggoyang Jokowi di Pilpres 2019 nanti, karena isue lain mudah dipatahkan. Jangan heran jika yang bikin ribut jelas jelas mengibarkan bendera hitam sebagai identitasnya, tapi yang jadi kambing hitam adalah PKI. Jangan heran jika pelaku aksi terorisme berteriak 'thagut' yang jelas jelas bahasanya kaum radikal, yang dituding tetap saja PKI.
Publik dianggap bodoh.
Yang lagi berenang di kolam jelas jelas seekor bebek, tapi mereka kompak menyebut itu adalah ayam. Modalnya cuma publikasi dan propaganda secara masif kalau perlu hoax, berharap orang lain merasa matanya rabun dan ragu bahwa yang dilihat memang seekor ayam.
Grand skenarionya memang mengaburkan prestasi Jokowi dan menciptakan ancaman psikis tentang PKI dan terorisme di benak publik. Pinternya mereka, kemasan anti Jokowi ini disajikan dalam sentimen agama, karena mereka tahu bahwa banyak orang kurang wawasan yang mudah dipengaruhi dengan sentimen agama. Inilah jurus ampuh untuk merebut kekuasaan dari tangan Jokowi.
Sabar ya, negara ini tetap akan gaduh hingga 2019 nanti.
(Forum Rakyat Cinta Indonesia)

Sabtu, 31 Maret 2018

Jokowi Pemimpin Idola Dunia

Jokowi Pemimpin Idola

Jika kemarin ada politisi yang mengidolakan pemimpin asing maka dapat dipastikan mereka antek-antek asing.
Saya sih mengidolakan pemimpin nasional rasa International.

Jokowi 2 Periode

Kamis, 29 Maret 2018

Jokowi Dua Periode

Jokowi 2019

Dukungan kepada Presiden Joko Widodo untuk kembali memimpin Indonesia 2019-2024 semakin menguat. Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, Sri Adiningsih mengatakan, alasan mengapa Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus lanjut ke periode dua. Sebab, masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan Jokowi. Seperti menjaga stabilitas ekonomi dan menurunkan angka pengangguran.

"Ini dapat menjadi awal yang baik dan menjadi salah satu alasan dan daya tarik Joko Widodo untuk kembali memimpin Indonesia pada 2019 mendatang," kata Sri dalam diskusi ‘Kenapa Jokowi Harus 2 Periode’ di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat.

Tak hanya itu, Sri juga menilai Jokowi mampu memberikan banyak kemajuan untuk Indonesia seperti inflasi yang terus terjaga, perbankan yang cukup sehat hingga perekonomian yang mampu bersaing di dunia.

“Pak Jokowi mampu memberikan kemajuan. Seperti inflasi yang terus terjaga, perbankan yang cukup sehat hingga perekonomian yang mampu bersaing di dunia,” paparnya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, Jokowi mampu memberikan capaian kinerja yang baik selama tiga tahun memimpin. Seperti melakukan pembangunan infrastruktur yang meningkat dan meraya di seluruh Indonesia.
"Pembanguna infrastruktur meningkat dan merata. Indonesia yang saat ini dinyatakan laik investasi," imbuh Hariyadi.

Jokowi Pemimpin Idaman

Pemimpin Idaman
Pemimpin Idaman VS Pemimpin Manja
Gerakan #ABJ2019 adalah gerakan untuk mendukung Presiden Jokowi untuk meneruskan kepemimpinannya pada periode Pilpres 2019-2024. Jokowi adalah tokoh pemimpin Idaman yang benar-benar mau bekerja dan bersih!
Selama ini fitnah dan kampanye hitam dari lawan politik yang ingin membuat negeri ini terpecah belah turus diluncurkan! Oleh karena itu, mari bersama-sama lawan fitnah2 itu! Bangun negri ini dengan bersih dan profesional!!